Langsung ke konten utama

CEMBURU

 Jujur, ada satu hal yang kusesali di samping betapa bersyukurnya aku dengan sebuah keputusan yang kubuat sendiri. Entahlah, mungkin aku menyesal hanya di saat-saat tertentu. Di saat yang membuatku seperti orang bodoh dan egois. Contohnya pada saat ini, kejadian kecil yang akhirnya membuatku menyesal akan satu hal.

Saat ini aku lagi cemburu.

Klise. Gitu aja. Tapi memangnya aku bisa apa? Merasakan cemburu aja aku enggak punya hak sama sekali. Ah, pengin nangis jadinya. Terserah mau bilang aku kaya anak kecil atau bilang lemah atau bilang lebay. Terserah.

I just act what I feel

Aku Cuma pengin fase ini cepat-cepat selesai. Aku enggak bisa berlama-lama terjebak di dalam perasaan yang akhirnya menyakiti diriku sendiri. Aku enggak bisa lama-lama menahan harapan dan ekspektasi yang meledak-ledak. Itu enggak mudah, sekali saja mereka mencuat dan keluar dari ledakan, aku akan runtuh dan semakin jauh dari pulih.

Sementara pulih butuh waktu yang lama. Butuh banyak hal yang dikuras. Butuh menekan ego. Pulih itu butuh mentralisir ego dan emosi yang menggangu kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Aku sedang ingin menjadi pulih, tetapi dalam prosesnya bodohnya aku masih diam-diam merajut harapan.

Aku memang bodoh. Kenyataan sudah jelas bahwa enggak ada yang perlu diharapkan lagi. Enggak ada yang bisa dimintai kepastian lagi. Namun, masih saja aku memaksa menyatukan benang dengan jarum untuk akhirnya merajut lagi.

Aku juga maunya berhenti. Akan tetapi, membiasakan diri itu perkara yang sulit. Aku harus membiasakan diri untuk memahami bahwa enggak ada rasa yang sama di antara aku dan dia. Aku harus membiasakan diri dan mengatur pikiran tatkala dia amat dekat dengan perempuan lain.

Pembiasaan diri itu akhirnya memaksaku menyusun skenario terburuk. Sialnya, apa pun skenario terburuk yang kususun, selalu terjadi dan akhirnya aku patah. Kadang-kadang aku ingin menyalahkan hidup yang enggak adil. Namun, semakin dipikirkan ya, ini salahku. Sejak awal aku sudah membuat keputusan yang dengan sadar sesadar-sadarnya kuambil. Aku yang salah.

Tapi kalo aku boleh egois. Maaf, aku cemburu. Maaf, aku takut. Maaf, aku enggak siap. Atas apa-apa yang menjadi skenario terburukku. Kali ini aja aku pengin egois, sebentar aja jadi orang jahat biar aku bisa jujur sama perasaanku.

Perasaan yang akan selalu porak poranda. Perasaan yang sejatinya selalu runtuh. Akan semakin parah kalau aku berbohong. Aku enggak akan pernah bisa membohongi perasaan aku karena itu akan menyakitiku lebih jauh.

Namun, aku tahu ini enggak baik. Sebentar lagi aku mencoba mentralisir rasa-rasa yang mengusik. Rasa cemburu ini juga akibat dari sebab yang harus kuterima. Walaupun sejak awal sudah kuterima risiko dan konsekuensinya, tetap saja rasa patah hati adalah patah hati yang enggak bisa dielakkan.

Aku enggak tahu. Tapi aku berusaha untuk menerima kenyataan yang entah sampai kapan akan membuatku kecewa. Tapi enggak apa-apa kok. Aku bisa hadapin ini. Aku bisa pulih dari masa-masa ini. Aku berusaha untuk menghilangkan perasaan ini.


Komentar