Langsung ke konten utama

miss

UNTUK YANG TELAH PERGI, apa kabarnya? Entah kamu menyaksikan atau tidak, tetapi aku ingin angin membawa betapa beratnya harapan tentang ingin bertemu padamu. Aku ragu kalau-kalau saat ini kita memandang langit yang sama. Apakah bulan di sini dengan di sana sama utuhnya seperti apa yang kulihat? Apakah bintang-bintang di sana tengah bersolek di depanmu? Jika iya, pantas saja, bintang-bintang itu tengah menemuimu. Lagi-lagi aku berharap bintang membawakan kabar tentang rasa sesak yang berlabuh di dalam diri ini.

Aku tahu, sia-sia rasanya menimbun perasaan rindu. Terlebih pada kamu-kamu yang telah mengepakkan sayap kemudian terbang di balik awan-awan. Entah ke mana, tetapi mataku selalu memandang langit kalau-kalau rindu ini menyapa. Aku tidak peduli jika tengkuk ini terasa keram, aku hanya peduli tentang manakala sosokmu akan menyembul dari balik awan. Tidak lupa senyuman manis dan lambaian tangan yang dahulunya meniadi penghangat diri dalam rengkuhan. Dalam bayangan saja semua itu terasa indah. Kemudian, bagaimana kalau-kalau kejadian itu menjadi nyata?

Kalau bayangan itu terlintas aku hanya tersenyum tipis dan terkekeh saja. Bukan mengejek betapa bodohnya seknario dalam imaji itu. Bukan sama sekali, melainkan karena aku tahu itu tidak akan pernah terjadi. Hanya saja, aku memang suka mencari penyakit patah hati dengan berharap tentang apa-apa yang tidak akan pernah terjadi. Namun, rindu yang tengah membuncah ini telah membawa alam sadarku pada imaji yang abstrak. Bahwa ada temu yang akhirnya hanya tersudut di dalam harap yang kosong.

Jadi, satu-satunya cara untuk menuntaskan rindu adalah dengan berkelana ke masa lalu. Menenun kembali satu per satu kejadian yang kita lalui bersama. Namun, itu sama sekali tidak tuntas dalam rindu yang puas. Alih-alih lega, aku akan menemukan diri terpojok menyalahkan diri sendiri dan kadang-kadang menangis kalau-kalau sudah tidak tahan. Dalam berkelana ke masa lalu, akan selalu menuntunku pada akhir yang membawamu pergi. Benar-benar pergi tanpa salam perpisahan. Benar-benar pergi dengan membuatku bingung. Benar-benar pergi dengan membiarkan air mata ini lolos. Kamu-kamu pergi dan akan selalu menanamkan rindu yang selalu tumbuh dan tumbuh.

Mungkin semua orang akan melihatku seperti seseorang perempuan yang biasa-biasa saja, tanpa pernah merindukan seseorang yang pergi. Tidak juga. Sebab, pada nyatanya, setiap waktu yang berdetak, ada ketukan rindu yang membuatku tidak berkutik sama sekali. Beberapa kali mengais tangis sampai harus meratapi. Aku hanya bingung bahwa aku telah mengalami dua kehilangan paling besar dalam hidupku. Di mana aku harus belajar menerima betapa kehilangan adalah garisan takdir yang tidak akan pernah dielakkan. Bahwa kehilangan itu pasti dan tidak bisa dihindarkan.

Jadinya kerinduanku akan dimulai ketika kehilangan terjadi. Rindu paling menyakitkan ketika merindukan orang-orang yang pergi dan tidak akan pernah kembali karena waktunya yang sudah habis di dunia.

teruntuk mami dan papi, Vina kangen.


Komentar