Langsung ke konten utama

masa lalu: pelajaran yang sulit diterapkan

MASA LALU katanya biarlah berlalu, dia hanya akan mengganggu seperti benalu. Masa lalu hanya menorehkan warna-warna gelap pada kehidupan yang putih. Masa lalu memberi noda pada kehidupan yang bersih dari segala masalah. Masa lalu akan kembali datang sebagai luka yang tersisa di masa depan. Masa lalu,sudah sepatutnya disudutkan di sudut ruangan yang tidak akan dijamah. Kalau perlu, masa lalu mesti diremukkan kemudian diharapkan menguap tanpa sisa.

Itu anggapan orang-orang dengan masa lalu yang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang salah sebenarnya, hany saja ketika berusaha untuk meniadakan masa lalu, bukankah itu hal yang mustahil? Seperti kita berusaha menghilangkan bagian dari diri kita yang juga ikut lahir dan tumbuh bersama. Tidak masalah juga untuk membenci masa lalu, setiap dari kita punya cara menghadapi yang sesuai dengan kemampuan kita sendiri.

Namun, bukankah amat disayangkan apabila masa lalu yang begitu susah payah kita lalui kemudian dienyahkan? Kadang-kadang aku juga ingin membuat lenyap masa lalu yang membuatku harus menyalahkan diri sendiri. Akan tetapi, itu percuma, sia-sia, hanya membuang-buang waktuku. Memang banyak lukanya, banyak dukanya, sedikit sukanya. Jika ada keajaiban, aku hanya ingin meminta kembali ke masa lalu untuk mengembalikan siapa-siapa yang sudah pergi.

Mengapa tidak meminta takdir baik atau membuat masa lalu menjadi sukacita?

Percayalah itu sama sekali bukan ide bagus, justru solusi itu amat tidak tepat. Kalau dipikir-pikir jika tidak ada masa lalu kelam seperti yang kualami, mungkinkah aku akan punya kesadaran seperti saat ini? Kalau tidak ada masa lalu yang pahit seperti yang kukecap kala itu, lantas dari mana aku harus belajar tentang kehidupan? Tahu tidak, pelajaran paling mahal adalah pelajaran hidup. Kita bisa saja belajar dari oengalaman hidup orang lain, tetapi sedikit orang yang mau melakukan dan menyadarinya. Namun, ketika memiliki pengalaman jatuh-sejatuhnya, maka pengalaman itu akan menjadi pelajaran paling bermakna dalam hidup.

Entah siapa yang salah dalam pengalaman pelik di masa lalu. Hanya saja, kesalahan akan terus menjadi salah jika kita terus-menerus menyalahkannya. Namun, kesalahan akan menjadi lebih baik, kesalahan yang terjadi tidak akan sia-sia. Semua itu terjadi kalau-kalau kita mau mempelajarinya, kalau kita mau menelaah kesalahan tersebut. Kalau-kalau kita mau mengesampingkan ego untuk menerima kesalahan diri untuk kemudian diperbaiki. Kalau-kalau kita mau berhati besar untuk menjadikan kesalahan sebagai bagian dari proses untuk menjadi sebaik-baiknya manusia.

Pernah tidak berpikir, apa jadinya jika manusia terlalu sempurna dan tidak memiliki kesalahan sama sekali?

Bukankah alur kehidupan tidak akan seimbang. Plot-plot akan kosong dan hambar. Kadang-kadang, kita juga butuh salah untuk bisa menelaah. Kadang-kadang kita juga butuh kesalahan lain untuk dijadikan ajang belajar. Sebab, hidup ini selalu tentang belajar dan belajar. Salah itu wajar, tetapi salah akan menjadi sama sekali tidak wajar kalau-kalau dibiarkan bersalah.

Masa laluku mungkin dipenuhi betapa banyak kesalahan yang kulakukan. Masa laluku mungkin dihiasi betapa bodohnya aku melalui masalah-masalah yang mestinya diselesaikan. Masa laluku mungkin dihancurkan oleh takdir yang tidak sesuai keinginanku. Masa laluku mungkin terlalu banyak duka-dukanya. Masa laluku memang tentang luka yang seakan-akan tidak ada habisnya. Bahkan sampai saat ini, masih ada sisa-sisa luka masa lalu yang tidak akan pernah pulih. Bahkan meskipun aku telah berubah dan bisa belajar, tetapi ada luka-luka yang tidak bisa pulih karena ada orang-orang yang sudah pergi.

Entahlah, aku percaya diri aku memang belajar dari masa lalu. Aku berhasil menelaah luka di masa lalu meski harus menguras air mata. Namun, aku tidak percaya diri karena pelajarannya belum mampu kuterapkan. Bukankah belajar yang baik adalah ketika pelajaran itu mampu diterapkan?


Komentar