Langsung ke konten utama

hopes and expectations

PADA AKHIRNYA, segala sesuatu ditentukan bagaimana cara kita meramu harapan dan ekspektasi

sebetulnya, tidak ada yang benar-benar keliru dengan apa-apa yang diharapkan, apalagi diekspektasikan

kita sama-sama tahu, semua itu murni timbul dengan sendirinya, hanya saja, berjalan lurus dengan perasaan

Sementara, perasaaj manusia itu unik

Pun, sementara kita lupa untuk membarengi pikiran sebagai salah satu cara logis dalam merakit solutif

Akan tetapi, kadang-kadang kita terlalu memanjakan rasa sampai-sampai kita patuh untuk memupuk harapan dan ekspektasi

Tanpa sadar, kita menjadi abai terhadap apa-apa yang akan dihadapi di depan sehingga melupakan bahwa ada langkah-langkah yang ditinggalkan di belakang sana

Akibat terlalu sibuk merajut harapan sampai cantik, menjahit ekspektasi begitu apik. Kita jadi lupa bahwa tidak semua yang terjadi akan sesuai dengan apa yang dirajut dan dijahit

Ibaratnya, bahan kain yang halus dan lembut kemudian dibuat menjadi pakaiaj untuk dipakai. Kita sebagai penjahit mengerahkan segala perasaan dan tenaga untuk mempercantiknya. Namun, ketika pakaian itu jadi dan dipakai oleh seseorang yang dituju, pakaian itu sobek, tidak indah lagi. Sebab, kita tidak memikirkan ukuran yang sesuai.

Kita itu sering kali membuat harapan dan ekspektasi sedemikian rupa untuk kemudian diberikan kepada seseorang, tetapi harapan dan ekspektasi yang kita buat kadang-kadang tidak sesuai.

Lalu, apakah kita harus menyalahkan orang itu? Jelas kita yang salah kalau menyalahkan orang itu. Orang yang dituju tidak pernah meminta kita untuk menerima apa yang kita buat—harapan dan ekspektasi.

Harusnya orang itu menghargai dong!

Serius, apakah kita harus memaksa orang itu untuk menyesuaikan diri dengan apa yang kita harapkan dan ekspektasikan? Sementara, dia tidak nyaman dengan apa yang kita paksakan—ditambah apabila kita memaksa. Jika begitu, bukankah kita telah menjadi orang yang egois?

Perasaan itu unik, tetapi rumit ketika dua perasaan tidak seirama.

tatkala mendapatikenyataan yang tidak sesuai dengan harapan dan ekspektasi. di saat takdir tidak memenuhi harapan dan ekspektasi. ketika hidup tidak berpihak pada harapan dan ekspektasi.

lantas, apa kita akan menjadi manusia yang menyalahkan bentuk-bentuk besar yang menjadi tempat kita bertumpu?

bukan begitu cara mainnya.

kita yang harusnya tahu, kita mesti memahami, sudah seyogyanya bagi kita untuk mengerti. 


hidup itu tidak akan pernah membiarkan kita jauh dari harapan dan ekspektasi. sebab, manusia memiliki perasaan. namun, manusia juga memiliki pikiran. 


kita sebagai manusia harus menyeimbangkan antara perasaan dan pikiran itu saja. 


segalanya harus seimbang dan sesuai porsinya. tidak boleh berlebihan. sebab, apa-apa yang berlebihan hanya akan membuat kita jatuh pada risiko yang tidak kita pikirkan.


jadi, ketika harapan dan ekspektasi itu datang, biarlah datang, tetapi jangan biarkan dia singgah apslagi menetap. jadikan dia tamu spesial yang sudah pasti akan pergi. 


sebab, harapan dan ekspektasi akan meninggalkan kekecewaan bagi kita yang menganggapnya bagian penting di rumah kita. akan tetapi, harapan dan ekspektasi akan menanggalkan kerelaan bagi kita yang menganggapnya tamu spesial yang bertamu di rumah kita. 


tidak apa-apa kalau sudah terlanjut kecewa karena harapan dan ekspektasi. namun, menyalahkan diri sendiri juga bukanlah solusi yang baik. 


belajar dari apa yang telah kita lalui, menjadi proses pembelajaran hidup yang mahal yang akan selalu kita pelajari.


jangan mau dikalahkan oleh ego, jangan mau diperbudak harapan dan ekspektasi. kita manusia punya kuasa dan andil dalam mengendalikan harapan dan ekspektasi. 


percayakah, kita mampu melakukannya.


Komentar