Langsung ke konten utama

tenda

MAU BAHAS soal tweet dari salah satu akun twitter bernama txtdarimedia. Menarik untuk dibahas karena memang terdapat pro dan kontra. Mendapat 16k like, lebih dari 1k untuk retweet dan kutipan retweet. Di sana pemilik akun mengunggah potongan foto yang menampilkan artikel judul sebuah media ternama milik asumsi. Di sana tertera judul Korban Gempa Cianjur Bikin Tenda Sakit untuk Penuhi Kebutuhan Biologis.

Sebagai orang awam yang tidak pernah menjadi korban bencana apa pun, hal tersebut cukup menarik perhatian. Keningku berkerut, benak mulai bertanya-tanya, segala persepsi mulai mengarus sampai terangkum menjadi satu pertanyaan, “Kok bisa?” aku pun punya pikiran yang sama dengan kebanyakan warganet yang berkomentar di sana. Seperti mana mungkin bisa masih memikirkan kebutuhan biologis di saat segala harta benda rusak parah.

Namun, sedikit-sedikit mulai memahami karena terdapat beberapa komentar yang justru memberi pengetahuan baru soal SOP relawan dalam membantu para korban. Salah satunya adalah dengan membangun tenda untuk kebutuhan biologis, TERLEPAS dari mau atau tidaknya para korban untuk menggunakannya. Di sana juga hanya dikhususkan bagi para pasangan suami istri. Hal yang menjadi perdebatan di kolom komentar adalah tentang bisa-bisanya para korban masih berpikir kebutuhan biologis setelah bencana terjadi. Akan tetapi, kalau dipikir-pikir, mengungsi setelah bencana mungkin menghabiskan banyak waktu berbulan-bulan. Mungkin sebagai pasangan suami istri ada kebutuhan biologis yang harus dipenuhi.

Sayangnya, ternyata yang membuat miris adalah komentar yang bersifat nyinyir dan tidak pantas ada di sana. Bahkan mereka hanya mengandalkan membaca potongan foto yang dikirim oleh akun tersebut. Kita sama-sama tahu bahwa minat baca Indonesia ini rendah, ditambah warganet yang mudah terpancing click bait, bahkan minat literasi benar-benar kurang. Ya, setidaknya komentar-komentar di sana membuktikan semua itu. Kalau saja warganet mau membaca artikel tersebut lebih dalam lagi, bahkan korban setempat juga sempat menentang dibangunnya tenda sakinah karena itu merupakan hal tabu.

Padahal, di sana diberitakan bahwa terdapat seorang suami yang habis pulang merantau selama dua bulan meninggalkan istri. Namun, ketika pulang bertepatan dengan bencana gempa. Salah satu warga berinisiatif untuk membangun tenda sakinah tersebut guna membantu pasangan tersebut. Ya, mungkin aku pribadi masih terasa aneh, lagi-lagi sebagai orang awam yang belum pernah menjadi korban bencana merasa hal tersebut sangat tidak masuk akal. Namun, ketika tahu ternyata itu adalah SOP yang memang sudah lama ada jadi memahami dan ya sudah tidak perlu diperdebatkan.

Nyatanya memang pembangunan tenda tersebut sudah lama ada dari bencana-bencana besar yang pernah terjadi. Lag,i-lagi yang perlu disorot adalah bahwa kita tidak bisa serta-merta menuduh para korban masih memikirkan kebutuhan biologis saat menjadi korban bencana. Beberapa warganet yang berkomentar mengatakan bahwa dia pernah menjadi relawan, kalau tenda itu dibangun hanya sebagai SOP. Terlepas mau dipakai atau tidaknya itu balik lagi ke korbannya. Aku yakin mungkin mereka para korban pun masih punya hati nurani dan masih mikir-mikir untuk memakainya.

Jadk sebagai warganet ada baiknya untuk dijaga ketikannya, ditingkatkan lagi minat literasinya, jangan asal menuduh dan nyinyir.


Komentar