Langsung ke konten utama

lelaki di depan pagar

LELAKI ITU akan selalu membuat penantian-penantian bersama kepastian. Hanya dengan lelaki itu, penantian yang dinanti tidak akan pernah berujung sia-sia. Mungkin tidak semua lelaki bisa menjadi sepertinya, tetapi dia bisa. Lelaki itu dengan gagahnya akan memberi kepastian yang sudah jelas-jelas akan diaksikan. Ketika lelaki lain perlu janji untuk membuktikan kepastian yang itu pun belum tentu bisa dipastikan, tetapi lelaki itu tidak butuh janji untuk membuat kepastian. Seakan-akan, dia telah dilahirkan untuk merealisasikan kepastian dan membahagiakan kebanyakan para kaum hawa, termasuk aku.

Setidaknya sudah hampir dua hari, sejak aku memutuskan memberi cinta untuk dititipkan pada lelaki itu. Dia amat sangat bisa dipercaya, tidak ragu bagiku untuk menitipkan benda sakral bernama cinta untuk disimpan olehnya. Namun, dia tidak selamanya menyimpan benda itu, pada akhirnya karena dia terlalu terpercaya dia akan kembali memberikannya padaku beberapa hari lagi. Itu yang menjadi penantianku, apakah cinta itu akan sampai pada diriku dengan untaian tangannya? Atau kalimat romantis lainnya, apakah lelaki itu mampu menjaga cinta yang kutitipkan dengan baik? Membayangkannya saja, membuatku tidak bisa berhenti tersenyum. Jadi, aku menanti. Aku menantinya di depan pagar. Hanya ini penantian yang kusukai.

Tiap waktuku hampir habis dipenuhi dengan bayangan lelaki itu. Entah apa yang sedang dia lakukan saat ini terhadap benda sakral milikku. Aku sama sekali tidak terbesit pikiran bahwa lelaki itu akan merusak bahkan mematahkan. Kubilang dia bukan lelaki seperti itu. Biar kuperjelas, lelaki itu spesial karena dia tidak akan bermain-main dengan penantian. Dia memberikan kepastian, bukan kepalsuan. Hidupnya dia dedikasikan untuk penantian yang ujungnya adalah pasti. Nilai hidup yang patut diapresiasi dan diberi tepuk tangan, bila perlu sembari berdiri. Memang, hebat sekali dia.

Sudah hari ketiga, dia belum juga datang. Duduk di teras seraya menatap pagar yang belum juga menampilkan sosok lelaki itu. Jika hujan turun deras, aku khawatir dan cemas. Bagaimana kalau lelaki itu ditebas hujan bersama dengan cinta yang dibawanya untukku? Bagaimana kalau dia akan basah kuyup dan menggigil tidak berdaya di hadapanku? Maka, dari balik tirai aku hanya bisa berdoa dan meminta pada Tuhan agar menjaga lelaki itu dalam perjalanan hingga sampai di depan pagar. Dan kali ini, aku harus melakukan doa cemas di balik tirai, di depan pasukan air dari langit telah berhamburan datang. Aku hafal betul, bahwa lelaki itu akan selalu datang di hari ketiga.

Kucek kembali layar gawai, dia mengatakan padaku akan sampai di depan pagar hari ini. Namun, dia adalah lelaki misterius yang tidak pernah memberi tahu waktu tepatnya untuk datang. Dia hanya memintaku untuk tunggu karena lelaki itu pasti akan menyapa dengan lantang di depan pagar sana.

Ini sudah hampir sore, sementara hujan tidak kunjung mengikis. Tidak pula menyisiri daerah lain yang butuh air. Di sini air sudah tertampung dengan penuh. Kalau-kalau aku melangkah dari teras, akan menenggelamkan kakiku semata kaki. Cepat-cepat aku meraih payung dan memilih untuk menunggu di teras. Aku benar-benar khawatir tentang lelaki itu. Doa sudah kukerahkan demi keselamatan lelaki itu. Aku tidak peduli gemuruh yang seakan-akan memintaku untuk masuk. Tidak bisa. Bagaimana bisa lelaki itu menerobos hujan seorang diri, sementara aku hanya duduk diam dalam penantian?

Di tengah-tengah berisiknya suara hujan yang berbentur dengan aspal dan genting rumah. Aku mendengar deru motor dari kejauhan. Itu dia! Aku kenal betul deruman motor yang menjadi alunan bahagia karena itu adalah nada bahwa penantian akan bertemu dengan kepastian. Aku terharu, dia benar-benar seorang lelaki yang bahkan rela mengorbankan dirinya ditusuk ribuan air hujan hanya demi menjunjung tinggi penantian pasti. Suara deru motor itu makin dekat dan lelaki itu sudah sampai di depan pagar.

Lelaki itu dibalut dengan jas hujan sebagai pelindung. Dia mendongak dan menatapku. Di balik kaca helmnya, aku menangkap semyuman lebar itu, aku tidak akan melangkah sebelum lelaki itu meneriakkan, “PAKEETTT!”

Ah, indahnya, suara dan lirik yang merasuk jiwa, mengobati penantian yang menyiksa. Kulangkahkan kaki menuju pagar dan inilah cintaku, paket yang sudah kupesan beberapa hari lalu di toko daring. Ternyata lelaki itu benar-benar menjaga paketku dengan baik, dibungkus plastik sehingga terlindungi dari hujan.

Aku melempar senyuman sebagai tanda terima kasih sampai akhirnya lelaki itu berbalik dan kembali bertugas sebagai lelaki dengan penantian yang pasti. Ah, semoga lelaki itu selalu dalam kebaikan.


Komentar