Langsung ke konten utama

KAMU

KAMU, hai, apa kabar? Kuharap kamu hari ini baik-baik aja, ya. Meskipun ada hal-hal yang bikin kamu jadi enggak baik-baik aja, kamu bisa ceritain ke aku. Enggak perlu ceritain masalahnya kok, cukup berbagi terkait perasaan kalutmu. As long as you need, I’ll be stand to listen your feel, xixi.

Sampai saat ini, rasa itu masih ada. Kamu tahu, tetapi aku enggak berharap kok. Lebih tepatnya, aku berusaha untuk menekan harapan. Aku bohong kalau aku enggak berharap. Pada akhirnya—tanpa disadari harapan itu secara otomatis akan tumbuh, tinggal bagaimana kita mengelolanya aja, ‘kan?

Aku enggak tahu mau sampai kapan rasa ini terus-menerus singgah. Move on bukanlah hal mudah, sama sekali enggak mudah. Sebelumnya, aku pernah, mengalami kecewa yang akhirnya butuh waktu lama untuk pulih. Bahkan sampaj luka itu hilang—ternyata luka hati bisa hilang juga, wkwk.

Kali ini, mungkin karena aku udah lebih dewasa dan lebih bisa mengontrol perasaan. Aku optimis bisa cepat pulih dari sebelumnya. Aku udah dewasa, aku harus memikirkan masa depan. Enggak boleh lama-lama sedih dan kecewa. Tapi aku serius, kali ini aku amat bisa berdamai kok, hihi.

Aku punya kekhawatiran sih. Aku enggak mau kamu merasa enggak enak atau semacam merasa bersalah sama aku. Kamu perlu tahu kalau aku suka sama kamu, ya, karena keputusan aku. Dalam memutuskan hal itu aku udah memikirkan skenario terburuknya, kok. Dan, ketika skenario terburuk itu terjadi, aku enggak terlalu kecewa.

Tahu enggak sih, betapa alaynya aku pas mau bilang suka sama kamu? Wkwk. Berasa ABG, padahal udah tua juga. Panas dingin, jantung enggak karuan, pikiran dibuat kacau. Padahal kata-katanya udah dibikin dari lama tinggal kirim aja. Beneran deh, kayak takut banget. Akhirnya aku kirim pakai fitur terjadwal.

Itu pas mau tidur suaah banget, terus malah kebawa mimpi—seriusan aku enggak bohong. Aku udah lupa mimpinya apa, tapi intinya sih di mimpi itu you make me happy. And ahen I am wake up, aku enggak berani buka gmail apalagi buka WA, sama sekali enggak berani.

Butuh beberapa lama untuk akhirnya memberanikan diri buka pesan dari kamu. Di luar ekspektasi, jujur aku pun bacanya senyum-senyum. I know, you don’t like me. Tapi aku menerima itu dan mencoba untuk nettalisir hati.

But, Man, you are so goood and humble man who I know in my life. Salahku juga sih terlalu bawa perasaan, jadi pelajaran juga buat aku ke depannya. Ya, mau enggak mau aku harus ambil pelajaran daripada momen ini jadi momen yang menyedihkan, ‘kan? Dengan memetik pelajaran seenggaknya momen menyedihkan ini ada manfaatnya, wkwk.

Hm, sebenarnya kalau dipikir-pikir kenapa aku seberani itu, ya, buat bilang I am crush on you? Gimana, ya, aku enggak mau perasaan suka ini sia-sia karena kamu enggak tau. Dengan kamu tau tentang what I feel, menurutku itu lebih baik daripada memendamnya. Kasian hati aku, I really care with myself.

Seru juga sih ya jatuh cinta sama orang lagi setelah lima tahun menutup hati wkwk. Berasa ABG lagi. Selama ini bener-bener enggak mau suka sama orang until you come and open my heart. Sekarang sih, udah pasrah aja dan snggak menutup hati lagi sih. Tapi aku emggak akan berusaha untuk suka sama orang lagi. Man, you are last person who I love.

Ke depannya aku sedang belajar untuk see you happy with another woman, xixi. Bahagia selalu dan semoga apa yang kamu impikan terwujud!

Dahal, kamu enggak akan baca ini, tapi yang penting hatiku legaaa.


Komentar