Langsung ke konten utama

Postingan

Featured Post

Menyajak #1: Putih Abu-Abu

 aku siap menyambut fase baru dalam hidupku putih abu-abu menanggalkan putih biru menjadi memori yang kelak dirindu banyak yang berkicau putih abu-abu akan seru begitu syahdu ada kasih yang berpadu manakala aku, kan, bertemu alih-alih cerita bahagia mengapa huru-hara? alih-alih sukacita ? mengapa duka lara seirama namanya putih abu-abu  putih pada awalnya lama-lama abu-abu cenderung gelap seperti kepulan asap tidak sedap kisah-kasih di sekolah hanyalah lagu yang merdu realitasnya, rasa ingin marah namun aku lebih banyak tersedu mana teman sejati? mana kekasih sejati? aku malah kehilangan jati … jati diri seakan-akan mati dirundung kebodohan dijauhi pencerahan dipojoki kesuraman ditemani kesepian pilu nian lantas, apa aku menjadi beringas terhadap kejamnya realitas? aku memang tidak puas, tetapi aku memberantas! ketika putih abu-abu dilepas pilu dan suram kuempas! diam-diam aku bersyukur pernah tersungkur setidaknya aku tidak kabur  justru aku melebur ada pelajaran di bali...
Postingan terbaru

Main bareng Deaty [Eps. 4,. Pillow Talk]

BEBERAPA hari lalu merencanakan untuk main dengan teman gue si Desty. Waktu itu janjian main di hari Minggu. Sebetulnya ada sedikit masalah. Biasanya kan kita orang main di Simpur, sebuah pusat perbelanjaan dengan penawaran makanan minuman yang murah meriah. Masalahnya di Simpur itu nggak ada mushola. Di sekitar Simpur pun nggak ada mushola.  Dan biasanya gue sama Desti selalu main dari pagi sampai sore. Biar puas karena mainnya cuma sebulan sekali atau dua bulan sekali. Ya namanya juga irit dari pemasukan Enggak banyak komen jadi harus hemat. Dan masalahnya juga gue sekarang kalau keluar-keluar mulai pakai make up. Kalau gue berangkat main dari pagi, otomatis make up Gue bakal luntur dan kehapus saat berwudhu. Tapi kemarin rencananya kita mau makan bakso di dekat rumah Desty. Harganya murah dan enak banget. Tadinya mau otw makan bakso jam 10-an. Abis dari tukang bakso rencananya ke masjid terdekat untuk salat sambil make up-an. Habis itu baru jalan kaki ke Simpur jaraknya enggak ...

Dikenalin Cowok & BB Naik [Eps. 3, Pillow Talk]

 PAGI hari dimulai dengan teman gue, si Yuli tiba-tiba nge-chat dan video call. Ternyata dia mau ngenalin gue sama temen suaminya. Katanya sih temen suaminya lagi nyari yang serius. Dan kebetulan Gue memang lagi sendiri. Sebetulnya gue udah siap, kok, untuk menempuh hidup baru alias menikah.  Udah lama gue mendambakan sebuah rumah tangga yang penuh dengan tantangan. Tapi, setiap ada yang mau ngenalin gue ke cowok, gue selalu ragu. Gue adalah cewek yang minder dan enggak percaya diri dengan makhluk yang namanya cowok. Kayak memangnya ada, ya, yang mau sama gue? Gue punya ketakutan, takut mengecewakan teman Hidup gue. Tapi, sebenarnya gue mencoba mengatasi ketakutan itu dengan meningkatkan value diri gue. Contohnya dengan gue belajar nulis, bikin blog, personal branding di Instagram. Gue berusaha menutupi kepercayaan diri gue yang enggak kuliah ini dengan memanfaatkan skill dalam diri gue. Sebetulnya itu ampuh, tapi setiap Mbak gue dan temen gue mau mengenalkan gue dengan seoran...

Sebel dan Seneng [Eps. 2, Pillow Talk]

SEBENERNYA sih keluarga gue ini support, kok, sama hobi gue. Tapi, ya, gue bingung, sih, soalnya enggak se-effort itu juga. Kayak tadi pagi gue share link artikel buat bantu komentar dan harus tanpa anonim. Sampai sekarang enggak ada yang komentar. Ada yang komentar cuma emot live doang dan namanya Tanpa Dikenal. Huft, sebel! Akhirnya, gue hapus aja, deh, chat gue tadi. Mending nunggu BW di OBS aja.  Itu sebelan gue aja, sih. Ya, pikiran positif gue mungkin pada sibuk. Ya, ya, yaaaaaaa udahlah ya. Tapi, di sisi lain gue ngerasa seneng. Seneng karena tadi abis rapat bulanan rutinan bareng PABOBA. Ya, seperti biasa bahas evaluasi dan persiapan. Gue seneng banget bisa bergabung di komunitas PABOBA. Apa yang gue mau ada di sana. Di sana gue bisa diskusi dan banyak belajar. Belajar disiplin dan tanggung jawab dengan tugas atau jobdesc yang udah gue komit sejak awal. Rapat kali ini salah satu agendanya adalah SERTIJAB PJ Event. Kak N—partner aku sebelumnya—sekarang akan meneruskan tingka...

Hujan, Panas, Dosa, dan Produktif [Eps. 1, Pillow Talk]

 HARI ini hujannya jauh lebih menenangkan daripada hujan kemarin malam. Kemarin lumayan bikin gue khawatir, sih. Masalahnya kamar gue di atas. Tembok sebelah kanan ini langsung berhadapan dengan langit. Apa lagi kemarin geledeknya gede banget, jedar jeder gitu. Hujannya juga kemarin lebat banget. Depan kamar gue ini, kan, depannya balkon dan genteng. Suaranya berisik. Malam ini oukul 22.30, hujannya ringan dan menenangkan. Pas banget untuk pengantar tidur. Jadi enggak usah setel musik alam atau relaksasi di YouTube. Langsung alamiah dari langit. Tapi, ya, alhamdulillah banget karena dikasih hujan. Kalau dibandingkan tahun kemarin, tahun ini lebih banyak hari hujannya. Gue inget banget, tahun kemarin bulan segini itu masih kemarau-kemaraunya. Iklim sekarang terasa banget berubahnya. Suhu matahari juga makin terik. Kalau siang langsung beras gosong. Apa lagi gue anaknya gampang keringetan. Sisi positifnya jemuran jadi cepet kering, udahnya enggak ada lagi kayanya. Tapi, cuaca yang ma...

beres-beres

MAMA meracau lagi, tiap kata yang ditutur adalah sumbang, tetapi bila ditelisik dengan rasa, tidak mampu dijabarkan. Kurang ajar, khianat, sakit hati, cape, saya, mati! Kata-kata yang tidak pernah luput dari bibir pucat Mama. Aku berusaha tidak mengindahkan, tetapi perempuan yang kian kurus itu tidak membiarkanku tenang barang sehari saja. Ada kalanya darahku mendidih saking muaknya menjadi tempat sampah. Namun, wajah Mama yang kusam dan seperti tidak ada kehidupan, membuatkuku mengurungkan niat untuk memarahinya. Pada akhirnya, aku mati-matian memendam amarah dan lelah di sudut hati. Aku tahu, lama-lama akan menumpuk dan suatu saat akan meledak. Namun, siapa peduli? Hidupku sudah tidak terarah, keutuhan telah berserakan menjadi puing-puing, masa depan begitu hitam. Apa yang bisa diharapkan dari perempuan yang hidupnya babak belur? Apa yang bisa dibanggakan dari kehidupan anak perempuan yang sosok ayahnya berselingkuh? Tidak ada. Harapan sendiri sudah termasuk pelecehan bagi hidupku y...

wedding nightmares

ALIKA tidak ingin menikah, di sisi lain Tante Isabel sibuk menanyakan tanggal pernikahan yang belum pasti. Sebetulnya Alika mau mengeluarkan sumpah serapah, tetapi itu tidak mungkin mengingat Tante Isabel adalah adik dari papanya. Kini, bagi Alika, pernikahan adalah mimpi buruk. Bagaimana tidak? Sebagai pendengar baik untuk teman-temannya yang sudah menikah. Tentu Alika mendapatkan berbagai cerita di balik pernikahan yang dia kira indah. Misalnya seperti saat ini. Di sudut kafe minimalis, tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa pengunjung sibuk dengan dunia sendiri. Alika tidak berhenti mengelus-elus bahu Selma. Perempuan berkerudung hitam itu berusaha menahan tangisannya sambil menunduk. Sementara, suaranya bergetar dan terhalangi sesak. Entah bagaimana, tetapi sesak itu merambat masuk ke dalam diri Alika. “Gue cape sebenernya, Ka…* ujar Selma di tengah susahnya menahan pekik tangis seraya mengelus perut, “tapi gue enggak bisa lepasin Andre. Anak gue belum lahir.” Dalam hati, Alika me...