aku siap menyambut fase baru dalam hidupku putih abu-abu menanggalkan putih biru menjadi memori yang kelak dirindu banyak yang berkicau putih abu-abu akan seru begitu syahdu ada kasih yang berpadu manakala aku, kan, bertemu alih-alih cerita bahagia mengapa huru-hara? alih-alih sukacita ? mengapa duka lara seirama namanya putih abu-abu putih pada awalnya lama-lama abu-abu cenderung gelap seperti kepulan asap tidak sedap kisah-kasih di sekolah hanyalah lagu yang merdu realitasnya, rasa ingin marah namun aku lebih banyak tersedu mana teman sejati? mana kekasih sejati? aku malah kehilangan jati … jati diri seakan-akan mati dirundung kebodohan dijauhi pencerahan dipojoki kesuraman ditemani kesepian pilu nian lantas, apa aku menjadi beringas terhadap kejamnya realitas? aku memang tidak puas, tetapi aku memberantas! ketika putih abu-abu dilepas pilu dan suram kuempas! diam-diam aku bersyukur pernah tersungkur setidaknya aku tidak kabur justru aku melebur ada pelajaran di bali...
BEBERAPA hari lalu merencanakan untuk main dengan teman gue si Desty. Waktu itu janjian main di hari Minggu. Sebetulnya ada sedikit masalah. Biasanya kan kita orang main di Simpur, sebuah pusat perbelanjaan dengan penawaran makanan minuman yang murah meriah. Masalahnya di Simpur itu nggak ada mushola. Di sekitar Simpur pun nggak ada mushola. Dan biasanya gue sama Desti selalu main dari pagi sampai sore. Biar puas karena mainnya cuma sebulan sekali atau dua bulan sekali. Ya namanya juga irit dari pemasukan Enggak banyak komen jadi harus hemat. Dan masalahnya juga gue sekarang kalau keluar-keluar mulai pakai make up. Kalau gue berangkat main dari pagi, otomatis make up Gue bakal luntur dan kehapus saat berwudhu. Tapi kemarin rencananya kita mau makan bakso di dekat rumah Desty. Harganya murah dan enak banget. Tadinya mau otw makan bakso jam 10-an. Abis dari tukang bakso rencananya ke masjid terdekat untuk salat sambil make up-an. Habis itu baru jalan kaki ke Simpur jaraknya enggak ...