Langsung ke konten utama

Dikenalin Cowok & BB Naik [Eps. 3, Pillow Talk]

 PAGI hari dimulai dengan teman gue, si Yuli tiba-tiba nge-chat dan video call. Ternyata dia mau ngenalin gue sama temen suaminya. Katanya sih temen suaminya lagi nyari yang serius. Dan kebetulan Gue memang lagi sendiri. Sebetulnya gue udah siap, kok, untuk menempuh hidup baru alias menikah. 

Udah lama gue mendambakan sebuah rumah tangga yang penuh dengan tantangan. Tapi, setiap ada yang mau ngenalin gue ke cowok, gue selalu ragu. Gue adalah cewek yang minder dan enggak percaya diri dengan makhluk yang namanya cowok. Kayak memangnya ada, ya, yang mau sama gue? Gue punya ketakutan, takut mengecewakan teman Hidup gue.

Tapi, sebenarnya gue mencoba mengatasi ketakutan itu dengan meningkatkan value diri gue. Contohnya dengan gue belajar nulis, bikin blog, personal branding di Instagram. Gue berusaha menutupi kepercayaan diri gue yang enggak kuliah ini dengan memanfaatkan skill dalam diri gue. Sebetulnya itu ampuh, tapi setiap Mbak gue dan temen gue mau mengenalkan gue dengan seorang cowok. Akan berujung gue selalu menolak.

Atau mungkin gua punya tipe ideal dan kriteria yang susah digapai? Entahlah. Tapi, memang apa salahnya yang berharap? Ah, ya, salah, sih. Apa lagi sampai hari ini jauh dulu buka hati gue. Gue masih menyimpan sebuah perasaan yang udah jelas kepastiannya. Sebuah kepastian yang menyatakan bahwa gue kembali mengalami kegagalan cinta. Lagi dan lagi.

Untungnya kali ini gue lebih bisa legowo, ikhlas, dan dewasa. Tapi, ya gue jadi belajar jangan bermain-main dengan cinta di usia 20-an. Apalagi buat orang yang susah move on kayak gue. Gue nggak ngerti sih, kenapa ya Dari dulu kisah cinta gue selalu gagal. Entah yang bertepuk sebelah tangan, entah gue yang gue ditinggalin. Hal ini yang bikin gue ngerasa punya ketidakpercayaan diri dalam hal cinta.

Tapi sejauh ini gue masih optimis kalau gue bisa mendapatkan teman hidup yang sesuai dengan kebutuhan gue dan gue sesuai dengan kebutuhan dia. Gue tidak mengharapkan kebahagiaan sempurna dalam rumah tangga gue. Belajar dari keluarga gue, kesempurnaan dalam keluarga hanyalah dongeng. Gue ingin berumah tangga, ya, karena gue mau belajar dari apa yang udah gue alami.

Kadang-kadang gue berpikir, “Emang ada ya cowok di luar sana yang tertarik dengan gue?”

Mungkin ada, tapi guenya nggak tertarik, wkwkskwk. Hidup emang lucu, sih. Tapi ya gimana, gue nggak mau menjalani kisah cinta dengan seseorang yang gue sendiri nggak tertarik. Tolong jangan suruh gue belajar untuk mencintai orang lain. Kalau lo nyuruh gue belajar mencintai orang lain, kenapa elo enggak meminta cowok yang gue suka untuk belajar mencintai gue? Childish memang.

Tapi ya udahlah, gue udah biasa kok. 

Lagi-lagi gue optimis, suatu saat gue akan menemukan seseorang yang gue mencintai orang yang mencintai gue. Gue udah terlalu capek untuk effort mencintai seseorang, sementara orang itu enggak mencintai gue. Gue nggak mau membuang-buang waktu gue untuk hal itu. Fokus gue saat ini cuma mau benerin mata. Gue mau kerja, gue mau mengembangkan karir menulis gue, gue mau produktif lebih lagi daripada yang sekarang. 

Gue berdoa supaya tahun depan gue udah bisa benerin mata. Supaya gue bisa merancang rencana gue menjadi kenyataan. Kerja, bersosialisasi dan menemukan jodoh. ;)

Tadi pas video call Yuli bilang gue makin gemuk aja. Tapi gue nggak sakit hati kok, serius! Yuli adalah teman yang sangat tulus dan baik banget. Gue bersyukur bisa berteman dengan dia. Justru dari komentar dia itu, gue tadi menimbang berat badan. Sebelumnya gue nggak masalah dengan berat badan gue yang 78 kg. Tapi tadi pas gua cek berat badan gue menyentuh 81 kg. SRIUS GUE PANIK!!!

Dengan mata gue yang kurang, sebenarnya gue pengen banget tiap pagi jalan kaki keliling komplek perumahan. Tapi, gua takut nabrak. Please jangan suruh gue olahraga kardio di rumah. Gue pernah cardio dari YouTube, besoknya selama 3 hari betis dan paha gue sakit. Satu-satunya cara yang bisa gua lakukan adalah mengurangi porsi makan dan jalan kaki. Tapi ada masalah….

Masalahnya gimana cara bilang sama tante gue untuk jangan masak banyak-banyak? Karena gue nggak mau makanan tante gue tersisa banyak. Tapi gue malu dan gengsi mau ngomongnya. Ribet banget ya jadi gue? Mungkin lo bakal menggerutu soal sikap gue. Tapi inilah yang gue rasain. Gue sama tante gue soalnya nggak sedekat Itu. Tapi Tante gue baik banget sama gue. Gue bersyukur ada di sini.

Kita lihat aja deh besok gimana untuk mengatasi masalah diet gue. ;)

Komentar