SUATU KETIKA Bio mengamuk, kedua kaki gempal nan mungil menendang-nendang angin. Tangan kanan dan kiri bergantian mengusir air mata yang tidak kunjung mereda. Suara serak menggelegar, meracau, berbicara tidak jelas. Meski wajah bulat sempurna itu memerah, mencoba menarik simpati, tetapi makin kencang volume, makin tidak ada yang acuh. Sampai Bio berguling-guling di lantai, mengakibatkan baju polos dengan gambar bus tayo kotor karena lantai belum dibersihkan. "Mana cokelat Bio, Ibunnn!" Masih dengan beringas Bio melakukan atraksi bergumul dengan lantai. Daripada membalas, seorang perempuan dengan celemek merah jambu sibuk berkutat pada panci berisi sayur mayur. Suara gertakan antara sutil dan panci yang tengah mengoseng tumbuhan masak. Meski telinga terasa dipukul-pukul karena teriak tangis Bio menyerang dengan ganas. Sampai-sampai mendidihkan hati, meletup-letupkan percikan api dalam benak. Namun, perempuan berusaha untuk tidak acuh, meski berkali-kali hatinya berteriak-ter...
manusia penyuka-duka kehidupan