Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

saat kecil

SAAT KECIL kita tidak pernah tahu, bagaimana dewasa menjemput kita? Kita hanya tahu caranya tertawa dan bertikai. Kita hanya memahami, kita akan tumbuh makin tinggi. Akan bekerja seperti orang-orang besar. Akan sibuk seperti Kakak-Kakak kita. Saat kecil, kita bermain bersama, membuat isi rumah jadi berantakan. Kita sama-sama terkena amarah ibu. Kemudian, kita saling melempar tatapan tajam dan saling mengalahkan. Namun, besoknya—seperti keajaiban, masalah kemarin hilang dan kita kembali bermain bersama. Kadang-kadang kita saling melindungi dari Teman-Teman menyebalkan. Kita tahu bahwa kita saling menyayangi, tetapi kita tidak pernah ada waktu untuk mengungkapkannya. Bukan masalah waktu, melainkan masalah kesiapan. ••• PADA SUATU HARI yang tidak pernah terjadi. Aku duduk di tengah-tengah dua anak laki-laki. Lebih tepatnya memaksa keduanya memberikan tempat duduk di antara mereka. Sebagai kakak perempuan, tentu harus menjadi pusat. Kita sama-sama duduk di atas loteng, sementara matahari

perempuan di balik layar

PADA akhirnya, aku akan tenggelam juga dari ratusan nama-nama tertera pada layar kaca dalam genggamanmu. Perlahan-lahan, terkalahkan oleh realitas terdekatmu. Memutuskan untuk jatuh hati padamu di balik layar, hanyalah pengujian nyali yang sampai kapan pun tidak akan pernah menampakkan dirimu di hadapanku. Cinta memang butuh pengorbanan, tetapi itu berlaku bagi mereka yang saling mencintai. Kasus ini, hanya aku, kamu tidak, sama sekali tidak akan pernah. Seyogyanya, aku mudah terlupakan, layaknya satu butir pasir di hamparan pesisir pantai. Lamat-lamat, tentangku akan dilumat jarak dan sedikitnya interaksi. Kemudian, kamu sibuk bersama duniamu dan aku sibuk untuk berdamai dengan patah hati untuk ke sekian kalinya.  ••• TATKALA kubuka mata dari mimpi tentang lelaki yang tidak kunjung datang. Maka, nama kamu kembali hadir kalau-kalau pagi menyapa. Sebab, kamulah lelaki yang kutunggu-tunggu di ujung bunga tidur. Tidak usah ditanya apakah kamu juga memikirkan hal sama denganku? Jawaban ak

perempuan pukul empat sore

PEREMPUAN itu, dalam tutur lembut penuh penekanan, menguarkan aroma kejujuran berjanji untuk menemuiku pukul empat sore di halte dekat toko bunga. Aku tahu, perempuan itu amat menyukai harum bunga-bunga yang berbeda, bersatu padu dalam satu ruangan, tetapi tali aroma para bunga itu terjalin sampai halte tempatku duduk. Sayang sekali, toko itu berada di letak tidak strategis, para bus dan mikrolet berlalu lalang, mangkal di halte mencari mangsa untuk memenuhi isi perutnya. Kadang-kadang kendaraan pribadi juga berkontribusi mengeluarkan asap-asap dari bokong mereka. Nahas, netra berbingkai lensa bulat tebal ini tidak henti-hentinya menyimak bus atau mikrolet berpijak di depan, mengamati satu per satu penumpang yang sekiranya sudah sampai tujuan di sini. Tepatnya, menantikan perempuan membawa janji untuk menuju ke sini. Sebetulnya, itu tidak perlu karena ini masih pukul tiga lewat tiga puluh sore. Namun, mana tahu perempuan itu jauh tepat waktu, kan? Dalam penantian mendebarkan, sumbu ma