MAMA meracau lagi, tiap kata yang ditutur adalah sumbang, tetapi bila ditelisik dengan rasa, tidak mampu dijabarkan. Kurang ajar, khianat, sakit hati, cape, saya, mati! Kata-kata yang tidak pernah luput dari bibir pucat Mama. Aku berusaha tidak mengindahkan, tetapi perempuan yang kian kurus itu tidak membiarkanku tenang barang sehari saja. Ada kalanya darahku mendidih saking muaknya menjadi tempat sampah. Namun, wajah Mama yang kusam dan seperti tidak ada kehidupan, membuatkuku mengurungkan niat untuk memarahinya. Pada akhirnya, aku mati-matian memendam amarah dan lelah di sudut hati. Aku tahu, lama-lama akan menumpuk dan suatu saat akan meledak. Namun, siapa peduli? Hidupku sudah tidak terarah, keutuhan telah berserakan menjadi puing-puing, masa depan begitu hitam. Apa yang bisa diharapkan dari perempuan yang hidupnya babak belur? Apa yang bisa dibanggakan dari kehidupan anak perempuan yang sosok ayahnya berselingkuh? Tidak ada. Harapan sendiri sudah termasuk pelecehan bagi hidupku y...
manusia penyuka-duka kehidupan